Jumat, 13 Juli 2007

Surat Terakhir Dari Sang Kekasih

Keharuan selalu menyesakkan dada setiap aku melihat pesan terakhir dari istri tercinta ini. Pesan ini disisipkan di notebook pada keberangkatanku ke Solo seminggu sebelum peristiwa itu. Musibah 26 Desember 2004 jadi akhir dari kisah kami, tapi ruang hati yang selama ini kami bangun bersama tidak mungkin tergantikan. Walau ungkapan hatinya ini dibuat secara terburu-buru, tapi aku tahu.. telah kuabaikan keluh kesahnya selama ini, pekerjaan telah membuat dinding yang tinggi antara kami. Maafkan papa ya ma...

"Kesihan kamu yah pah! Bermain dengan waktu ntuk nyelesain tugas! Walau capek tapi tetap harus selesaikan tugas. Pasti lelah banget yah! Harapan saya kamu tetap sehat namun jangan memaksakan diri walaupun itu emang tanggung jawabmu. Orang-orang diluar tak ada yang mau ikut ngerasain bila kamu sakit bahkan mungkin mereka sakbodoh! Kalau bukan kamu sendiri yang menjaga dan memelihara tubuhmu apa ada orang lain yang mau mengurusnya kecuali orang-orang yang mencintamu. Saya ndak bisa banyak membantu kamu hanya bisa ngerepotin kamu saja! Maafkan saya pah! Saya tidak ingin kamu jadi mesin produksi untuk memenuhi nafas duniawi. Bila alasan untuk memenuji kewajiban sebagai seorang papa dan suami kamu harus pontang panting tragis bener nampaknya. Kegilaanmu dalam bekerja membuat kamu nyaris sakbodo dengan perasaan kami yang terkucilkan"

Tidak ada komentar: